Categories: Kabar

Kabid Kebudayaan Disdikbud Sintang Sebut Sultan Hamid II Tak Terbukti Terlibat Kasus Westerling

Kritik arahan Mensos RI, Siti: Pahlawan tetaplah manusia biasa

KalbarOnline, Sintang – Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kabupaten Sintang, Siti Musrikah mengatakan bahwa terkadang dalam menentukan sosok pahlawan itu tidak mudah, terlebih lagi gelar Pahlawan Nasional.

Namun ia mengatakan kurang sependapat saat mendengar arahan dari Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa.

Mensos menyatakan, persyaratan pahlawan nasional itu sedemikian lengkapnya dan tidak ada cacat celanya.

Menurutnya secara logika bahwa seorang pahlawan masihlah tetap seorang manusia.

Sah-sah saja seorang pahlawan mempunyai sisi buruk, namun dalam artian sisi buruk tersebut tidak secara dominan.

Menurutnya satu diantara contoh tersebut ialah ketika perancang lambang negara Republik Indonesia asal Kalimantan Barat yaitu Sultan Hamid II yang tidak bisa diangkat menjadi pahlawan karena diduga terlibat Westerling.

Meskipun memang saat Westerling dikejar oleh tentara Indonesia memang larinya ke rumah Sultan Hamid II, tetapi pada pembelaannya, memang tidak terbukti kemudian ada keterlibatan Sultan Hamid II dengan Westerling.

“Kita lihat sisi positifnya, sah-sah saja Westerling larinya ke rumah beliau, karena beliau jugakan pendidikan militer di Breda, Belanda. Biasanya antara senior dan junior pasti ada ikatan almamater. Tetapi bukan untuk hal-hal jahat. Mungkin saat Westerling lari ia cuma memikirkan ada seniornya yaitu Sultan Hamid II,” tuturnya seperti dilansir dari Tribun Pontianak.

Oleh karenanya, jika harus tidak punya cacat cela, ia menyinggung bagaimana dengan tokoh-tokoh lainnya ada yang sedikit tersangkut permasalahan.

Orde saat itu menyebutnya salah, tapi orde berikutnya bisa sah-sah saja.

“Jadi mengharapkan jika pahlawan itu sempurna tidak mungkin. Manusia pasti ada titik salahnya, tapi bukan itu yang dominan. Karena itu makanya Sultan Hamid II menyampaikan kepada orang yang dipercaya dititipkan arsip perancangan lambang negara. Jangan serahkan arsip ini ke negara sebelum negara mengakui bahwa ini hasil rancanganku,” tukasnya.

Oleh karena itu, ia berharap negara harusnya menghargai karya anak bangsa.

Apalagi Sultan Hamid II juga sangat berjasa terhadap NKRI di saat menjabat Ketua BFO.

“Saat itu kan Sultan Hamid II Ketua BFO atau Kalimantan, namun ia menyerahkan Kalimantan menjadi negara kesatuan. Tapi negara tidak berpikir seperti itu. Makanya perjuangan agar Sultan Hamid II menjadi pahlawan nasional belum sesuai sampai saat ini,” tandasnya. (Sg)

Jauhari Fatria

Saya Penulis Pemula

Leave a Comment

Recent Posts

Kantor BKD Kayong Utara Terbakar

KalbarOnline, Kayong Utara - Akibat korsleting listrik, Kantor Badan Keuangan Daerah (BKD) Kabupaten Kayong Utara…

2 hours ago

Sopir Bus Damri Meninggal dalam Perjalanan dari Pontianak ke Pangkalanbun

KalbarOnline, Pontianak - Seorang sopir bus Damri meninggal dunia dalam perjalanan dari Pontianak menuju Pangkalanbun,…

2 hours ago

Dedikasi 39 Tahun, Muefri Ketua Pengadilan Tinggi Pontianak Resmi Purnabakti

KalbarOnline, Pontianak - Setelah mendedikasikan karirnya selama 39 tahun, Ketua Pengadilan Tinggi Agama Pontianak, Muefri…

2 hours ago

Bangga, Batik Karya Kreasi Sungai Putat Tampil Memukau di Hadapan Jokowi

KalbarOnline, Pontianak - Ketua Kreasi Sungai Putat (KSP), Syamhudi mengungkapkan rasa bangganya bahwa batik produksinya…

2 hours ago

Air Terjun Riam Macan: Surga Tersembunyi di Kalimantan Barat yang Sarat Makna Religi

KalbarOnline, Bengkayang - Kalimantan Barat tidak hanya kaya akan keanekaragaman budaya dan suku, tetapi juga…

7 hours ago

Kilas Balik Sejarah Putussibau Tahun 1895, Pernah Dipimpin Controleur LC Westenenk

KalbarOnline, Putussibau - Bupati Kapuas Hulu, Fransiskus Diaan bertindak sebagai inspektur upacara pada peringatan HUT…

17 hours ago