Sutarmidji : Kalau Dompet Masih Tebal Berarti Termasuk Golongan Sepok

Pemkot Akan Terapkan Kartu Beasiswa dan Insentif Pegawai

KalbarOnline, Pontianak – Pontianak sebagai ibukota Provinsi Kalbar dengan jumlah penduduk sekitar 660 ribu jiwa dan juga sebagai kota perdagangan dan jasa, tentunya erat kaitan dengan pembiayaan atau pembayaran.

Wali Kota Pontianak, Sutarmidji mengatakan bahwa sudah semestinya warga Pontianak selangkah lebih maju dalam hal transaksi non tunai atau cashless. Terkadang, masih banyak yang mengantongi uang tunai dalam dompet sehingga terlihat tebal di kantong.

Padahal, kata dia, dengan menggunakan satu kartu yang disebut e-money, mereka tidak perlu lagi membawa lembaran-lembaran uang di dalam dompet.

“Makanya, ikon untuk kampanye penggunaan kartu e-money yang saya gaungkan, ‘kalau dompet masih tebal berarti termasuk golongan sepok’. Artinya, dia tidak mengikuti perkembangan teknologi terutama teknologi finansial,” ujarnya saat menjadi pembicara sekaligus membuka seminar Pontianak Financial Technology (Fintech) Day di Aula Keriang Bandong Kantor Bank Indonesia Perwakilan Kalbar, Selasa (10/10).

Seminar Pontianak Fintech Day digelar kerja sama antara Pemerintah Kota Pontianak, Bank Indonesia dan Pertamina. Seminar ini menghadirkan beberapa pembicara, termasuk salah satunya Wali Kota Sutarmidji sebagai keynote speaker, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalbar, Dwi Suslamanto, Marketing Branch Manager Kalbar dan Kalteng PT Pertamina, Teuku Johan Miftah, CEO celengan.id, Arie Liyono, Partnership Manager kitabisa.co.id, Erwin Handono dan pembicara dari luar negeri, Aisling Ni Chonaire sebagai Lead Research Advisor Behavioral Insights Team Singapore Office.

Baca Juga :  Kirab Budaya Sebagai Wadah Interaksi Antar Etnis

Fintech hangat diperbincangkan saat ini. Konsep Fintech mengadaptasi perkembangan teknologi yang dipadukan dengan bidang finansial diharapkan bisa menghadirkan proses transaksi keuangan yang lebih praktis, aman serta modern. Model pembayaran atau transaksi dilakukan dengan teknologi, baik menggunakan kartu maupun smartphone.

Ia menerangkan, digelarnya seminar Pontianak Fintech Day ini sebagai salah satu upaya dalam rangka mensosialisasikan ke masyarakat sehingga terbiasa bertransaksi non tunai atau menggunakan e-money.

Meskipun menurut dia, masyarakat yang mendapatkan fasilitas seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) itu juga salah satu bentuk penggunaan e-money.

“Sebenarnya penggunaan e-money ini untuk menghindari pembayaran secara tunai. Saya berharap ini bisa diterapkan di Pontianak,” ungkap Sutarmidji.

Penerapan Fintech atau transaksi non tunai, dikatakan Wali Kota dua periode ini, akan melahirkan start up – start up di bidang pembiayaan. Dirinya berharap, start up yang lahir di Kota Pontianak nantinya bisa menjadi contoh bagi start up – start up lainnya.

Start up tersebut bisa seperti sebuah holding kecil yang bergerak perorangan, di mana start up itu yang membiayai, mereka juga ikut memasarkan, membantu manajemennya, sehingga dari penghasilan yang mereka peroleh itu bisa dipungut pajaknya.

Baca Juga :  Musrenbang Kecamatan Pontianak Kota, Edi Sebut Fokus Infrastruktur

Pemerintah sudah semestinya mendorong kemajuan start up sebab transaksi di bidang Fintech yang digunakan start up bukanlah jumlah yang kecil. Sementara mereka tidak dipungut pajak.

“Sekarang ketika itu sudah berkembang pesat, baru pemerintah memikirkan untuk menarik pajaknya. Sebelumnya, ketika mereka dari nol hingga berkembang seperti sekarang ini, seolah-olah keberadaannya tidak ditoleh. Bila start up – start up Fintech ini kian berkembang, bukan tidak mungkin akan menjadi saingan bagi perbankan,” jelasnya.

Diakui Sutarmidji, sejatinya penggunaan kartu e-money ini sudah terlambat dua langkah sebab di negara-negara maju sudah menggunakan smartphone maupun scan deteksi wajah dalam bertransaksi.

Namun demikian, dirinya berharap, setiap ada perubahan dalam sistem transaksi, Kota Pontianak harus selangkah lebih cepat dan menjadi yang pertama menerapkan sistem tersebut seperti halnya e-money.

Menurutnya, transaksi e-money di seluruh Indonesia tercatat hanya senilai Rp35 juta. Demikian pula di Pontianak, transaksi menggunakan e-money masih terbilang kecil. Namun pihaknya terus berupaya memasyarakatkan penggunaan e-money ini.

Semua itu, kata Sutarmidji, tidak terlepas dari peran pihak perbankan dalam mempromosikan penggunaan transaksi e-money.

“Kita juga nanti akan mengembangkan beasiswa dalam bentuk kartu, kemudian insentif pegawai dalam bentuk e-money dan sebagainya,” pungkasnya. (Fat/Jim Hms)

Comment