Cornelis : Meriam Karbit Budaya Milik Melayu Pontianak

Dentuman 259 Meriam Karbit Semarakkan Malam Lebaran

KalbarOnline, Pontianak – Dentuman meriam karbit saling bersahutan memeriahkan Festival Meriam Karbit di Kota Pontianak. Suara menggelegar yang keluar dari moncong meriam berbahan dari kayu ini membuat semarak malam Idul Fitri 1438 Hijriyah.

Tradisi tahunan ini sudah menjadi agenda rutin yang digelar setiap menyambut malam lebaran. Festival Meriam Karbit dipusatkan di Gang Kamboja pinggiran Sungai Kapuas yang diikuti 44 kelompok dengan jumlah keseluruhan 259 meriam karbit, Sabtu (24/6).

Peresmian dimulainya festival ini dihadiri Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar), Cornelis dan Wakil Gubernur Kalbar, Christiandy Sanjaya, Wali Kota Pontianak, Sutarmidji dan Wakil Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) beserta tamu undangan lainnya. Penyulutan meriam karbit oleh seluruh pejabat yang hadir menandai dimulainya festival yang diikuti oleh masyarakat di sepanjang pinggir Sungai Kapuas.

Gubernur Kalbar, Cornelis mengatakan, meriam karbit sebagai salah satu budaya yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia tahun 2016 lalu.

“Tidak boleh lagi ada orang atau pihak lain yang mengklaim maupun mengkomplain bahwa ini adalah miliknya selain orang Melayu Pontianak,” ujarnya.

Ditambahkannya, pihaknya sudah memperjuangkan secara all out hingga berhasil menjadi salah satu Warisan Budaya Takbenda Indonesia yang menetapkan meriam karbit diakui sebagai budaya milik orang Melayu Pontianak.

Baca Juga :  Selamat Hari Anak Nasional 2022, Bahasan: Pemkot Pontianak Komit Wujudkan Hak Anak

“Termasuk peceri nanas yang akan didaftarkan hak patennya oleh Pemerintah Kota Pontianak. Kalau sudah didaftar dan masuk dalam daftar Kementerian Hukum dan HAM menjadi trademark, maka itu tidak bisa lagi dikomplain atau diklaim oleh pihak manapun,” tegasnya.

Sementara Wali Kota Pontianak, Sutarmidji menyebut, pihaknya sudah mendaftarkan hak paten meriam karbit beserta Tugu Khatulistiwa. Namun saat didaftarkan sebelumnya, diakuinya ada sedikit kekeliruan sebab yang mendaftarkan semestinya badan hukum atau lembaga seperti Pemkot Pontianak.

“Sedangkan waktu itu didaftarkan atas nama Wali Kota. Kalau itu sudah dilengkapi, Insya Allah akan keluar hak patennya sehingga sudah menjadi paten milik kita. Termasuk peceri nanas mau kita patenkan,” jelasnya.

Terkait Festival Meriam Karbit, orang nomor satu di Kota Pontianak ini menilai, festival tahun ini lebih meriah dibandingkan tahun lalu sebab di sepanjang pinggir sungai di kedua sisinya dihiasi dengan berbagai pernak-pernik lampu hias serta dekorasi.

“Dengan berbagai hiasan ini ditambah dentuman meriam karbit membuat suasana semakin semarak,” kata Sutarmidji.

Dijelaskannya, penurapan dari Pelabuhan Seng Hie hingga ke Jembatan Kapuas I sudah selesai pengerjaannya. Tahun ini, lanjutnya, rencananya pemerintah pusat membuat steigher atau waterfront.

Ia berharap, tahun depan pembangunan steigher dari Pelabuhan Seng Hie hingga ke Jembatan Kapuas I itu bisa selesai.

“Baru kemudian kita akan menata di mana titik-titik untuk menempatkan meriam karbit. Dan itu tidak hanya digelar pada malam Idul Fitri atau Hari Jadi Kota Pontianak saja, tetapi juga hari-hari tertentu siapa pun bisa menyulut meriam karbit ketika berkunjung ke Kota Pontianak,” paparnya.

Baca Juga :  Sutarmidji Optimis Pertumbuhan Ekonomi Kalbar 2021 di Atas Lima Persen

Wali Kota dua periode ini berkeinginan kawasan pinggiran Sungai Kapuas akan menjadi ikon Kota Pontianak dan pusat wisata di kota berjuluk Khatulistiwa ini. Tahun ini juga, steigher di Tambelan Sampit, yakni mulai dari Masjid Jami hingga ke Jembatan Kapuas I diperkirakan selesai. Demikian pula penataan kawasan Beting secara keseluruhan juga selesai tahun depan.

“Sehingga nanti pinggiran sungai ini lebih nyaman, di mana orang bisa bersepeda menyusuri dan menikmati pinggir sungai mulai dari belakang Bank BCA Tanjungpura hingga ke Jembatan Kapuas I,” pungkasnya.

Meriam karbit merupakan permainan tradisional dan budaya masyarakat di Kota Pontianak, terbuat dari sebatang pohon kayu dengan panjang antara 4 – 7 meter dan berdiameter 40 – 100 centimeter. Sebagai bahan bakarnya menggunakan karbit. Ketika sudah mencapai titik didih dalam waktu beberapa menit, maka meriam karbit siap disulut.

Hasil sulutan itu menghasilkan bunyi dentuman yang menakjubkan bahkan pada radius 2 – 10 kilometer. Dalam jarak tidak begitu jauh, suara dari meriam karbit terasa getarannya di rumah-rumah sekitarnya. Menyulut meriam karbit merupakan sensasi tersendiri bagi siapa saja yang tertarik merasakan dentumannya. (Fat/Jim Hms)

Comment