Resmikan Rumah Adat Rio Nato, Wabup Minta Seni Budaya Terus Terjaga

Askiman: Jangan Sampai Anak Cucu Tidak Mengenal Seni Budaya Kita

KalbarOnline, Sintang – Gawai, merupakan suatu kegiatan untuk melestarikan seni budaya lokal yang tidak menonjolkan unsur berhalanya, serta untuk bersyukur atas rezeki yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

“Makna betang adalah mengingat leluhur kita yang dulu tidak tinggal terpisah untuk memperkuat kebersamaan, kekeluargaan dan solidaritas yang tinggi,” ujar Wakil Bupati Sintang, Askiman saat meresmikan Rumah Adat Rio Nato dan Gawai Nyelapat Taun di Desa Sirang Sitambang, Kecamatan Sepauk, Selasa (30/5).

“Dulu saat masyarakat kita tinggal di betang, kalau ada keluarga mendapatkan rezeki berupa lauk pauk, pasti membagikan lauknya untuk keluarga yang ada di bilik-bilik di betang. Itulah semangat kekeluargaan dan kebersamaan. Semangat inilah yang harus diperkuat dan dipelihara saat ini. Ini makna pembangunan rumah adat di Sirang Sitambang ini, meskipun keberadaan rumah betang ini tidak untuk ditempati tetapi untuk tempat bertemu dan bersilaturahmi. Pengembangan seni budaya kreasi di Desa Sirang Sitambang saya nilai sudah baik dan perlu dijaga kesinambungannya,” terang Askiman.

“Seruan dan semboyan betungkat ke adat basa itu mengharuskan kita untuk saling menghargai, sopan santun, harga diri, moralitas dan nilai prilaku yang baik. Saya berharap rumah adat ini diisi dengan perangkat seni budaya yang asli Suku Dayak Sekujam. Pakai juga untuk mengembangkan seni budaya seni suku Sekujam. Jangan sampai anak cucu kita tidak mengenal peralatan dan seni budaya kita sendiri. Sehingga kalau orang mau melihat dan mengenal alat seni budaya orang Sekujam, bisa datang ke rumah adat ini,” timpal Askiman.

Sementara Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Sintang, Jefray Edward menyampaikan rasa bangganya karena semangat masyarakat untuk membangun dan mendirikan rumah adat sebagai tempat bertemu.

“Di Kabupaten Sintang juga sedang berjuang menyelesaikan rumah betang, mudah-mudahan tahun depan sudah bisa digunakan. Saya mendukung adat istiadat dan seni budaya bisa dilestarikan dan diajarkan kepada generasi muda. Saya sepakat pembangunan bidang budaya harus dilakukan. DAD Sintang juga sedang bekerja mempersiapkan pelaksanaan gawai Dayak tingkat kabupaten. Kepanitiaan sedang bekerja keras melakukan persiapan gawai yang direncanakan dimulai pada 5 Juli nanti,” terang Jefray Edward.

Baca Juga :  Guna Memeriahkan Malam Hari Raya Idul Fitri 1437 H, Pemkab Sintang Akan Gelar Pawai Ta’aruf Keliling

Anggota DPRD Sintang, Agustinus Aci menjelaskan sebagai orang Sekujam merasa bangga dengan berdirinya rumah adat di Desa Sirang Sitambang.

“Usulan pembangunan dari masyarakat akan kami tampung sesuai kemampuan kami. Rumah adat Rio Nato harus dijaga, dipelihara dan digunakan dengan baik. Kadang-kadang membangun mudah, tetapi memeliharanya sulit. Gunakan rumah adat ini untuk melestarikan seni budaya seperti pengembangan seni anyaman,” pinta Agustinus Aci.

K Daniel Banai, yang juga merupakan anggota DPRD Sintang juga menjelaskan bahwa masyarakat adat harus terus memperkuat diri untuk mempertahankan adat istiadat.

“Identitas, mengenal nilai adat dan harus membentuk wilayah masyarakat adat. Kalau wilayah adat habis, gawai akan hilang. Kita harus bersatu menjaga seni budaya kita,” terangnya.

Sementara Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Sintang, Hendrika menilai bahwa pengaturan acara gawai dan peresmian ini sangat baik.

“Tari-tariannya juga sangat baik. Saya berharap Desa Sirang Sitambang ini menjadi contoh bagi desa lain dalam mengembangan seni budaya dan adat istiadat. Rumah adatnya di jaga bersama dan gunakan untuk tempat bertemu,” terang Hendrika.

Ketua Panitia Pembangunan Rumah Adat Rio Nato, Sabinus Kakau dalam sambutannya melaporkan bahwa pembangunan rumah adat sudah dirancang sejak Agustus 2015 lalu.

Dirinya menjelaskan bahwa ada pemasukan dana untuk pembangunan Rumah Adat Rio Nato yakni dari Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun 2015, Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun 2016 dan hasil pengelolaan tanah kas desa dengan total dana Rp169 juta.

Dan sudah digunakan untuk pembelian bahan, upah tukang dan konsumsi sebesar Rp167 juta sehingga ada saldo dana Rp1,6 juta.

Baca Juga :  Bupati Jarot Pimpin Safari Natal di GMII Paribang Baru

“Terima kasih bantuan banyak pihak sehingga rumah adat ini bisa selesai. Kami bersyukur atas selesainya rumah adat dan atas hasil panen pada musim berladang kemarin,” terang Sabinus Kakau.

Tokoh masyarakat Sirang Sitambang, Helius Bua juga menjelaskan bahwa pemberian nama rumah adat Rio Nato untuk memberikan penghormatan pemimpin di kampung jaman dulu.

“Rio merupakan gelar kehormatan kepada seorang pemimpin pertama kampung ini. Nato merupakan gelar kehoramatan kepada pemimpin kampung generasi kedua di Sitambang. Jadi, kami memberikan nama rumah adat ini untuk menghargai jasa kedua pemimpin Sirang Sitambang di masa lalu. Kami tidak ingin melupakan sejarah yang telah mengangkat kampung kami,” terang Helius Bua.

Kepala Desa Sirang Sitambang, Martinus Udan menjelaskan bahwa sebelum dibangunnya rumah adat tersebut, sangat sulit untuk mencari tempat berkumpul dan bertemu.

“Maka Pemerintahan Desa sangat mendukung pembangunan rumah adat ini dengan mengalokasikan ADD untuk mendukung penyelesaian pembangunan supaya kedepannya warga kampong Sirang Sitambang memiliki tempat untuk berkumpul. Kami ada tanah kas desa yang dikelola masyarakat yang dijadikan lokasi mencari emas, hasilnya kami sumbangkan untuk membantu pendanaan pembangunan rumah adat ini,” terang Martinus Udan.

Sementara Camat Sepauk, Cinghan mengharapkan sejarah pemberian nama rumah adat Rio Nato agar dibuat dalam tulisan yang lengkap dan baik.

“Tulisan tersebut bisa di cetak dan disimpan dalam rumah adat ini, sehingga para tamu bisa paham soal sejarah kampung ini dan sejarah pemberian nama rumah adat ini,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Cinghan juga menyinggung terkait berbagai persoalan diwilayah kepemimpinannya tersebut.

“Dengan memiliki 40 desa, wilayah kami masih mengalami banyak persoalan seperti kekurangan guru yang masih banyak. Seperti SMP di Sirang Sitambang ini yang hanya memiliki dua orang guru PNS,” tandas Cinghan. (Sg/Hms)

Comment